Rabu, 18 Mei 2016

Polisi Tak Mau Tunjukkan Surat Tugas Razia, Polisi-TNI Nyaris Bentrok


Diduga karena tak mau dan menolak menunjukkan Surat Tugas, dua institusi, polisi dengan TNI nyaris bentrok di depan Gubernuran, kediaman Gubernur Riau, Jalan Diponegoro, saat Polantas menggelar Operasi Razia. 

Awalnya, sekitar 40-an personel Polantas melakukan operasi razia di persimpangan jalan Diponegoro. Namun, seorang adik oknum prajurit TNI terjaring razia tersebut. 

Saksi mata, seorang pedagang minuman, Ocu, melihat kejadian tersebut menceritakan ke RIAUONLINE.CO.ID. Ketika itu personel TNI datang berpakaian dinas berjumlah sekitar delapan orang meminta motor adik seorang di antara itu untuk dilepaskan, namun polisi menolak.

"Ada seorang adik dari oknum prajurit TNI sebelumnya kena razia. Ia kemudian minta tunjukkan surat tugas kepada polisi untuk memastikan kalau operasi razianya resmi. Tapi polisi menolak dan tak menunjukkan surat tugas mereka. Alasan ini membuat prajurit itu getol meminta motornya lagi. Tapi tak dikasih juga," ujar Ocu, Rabu malam usai peristiwa tersebut terjadi.

Karena tak dikasih, kata Ocu, pengendara tersebut kemudian menghubungi seseorang dan tak lama kemudian datanglah sekitar delapan personel TNI dengan pakaian dinas lengkap ke Jalan Diponegoro. Kedatangan mereka meminta motor dikembalikan. Namun kepolisian masih menolak karena merasa benar.

"Karena menang jumlah, mungkin, makanya dia (polisi) tak mau kasih kembalikan motor adiknya itu. Rupanya, polisinya langsung kena bentak dan diancam. Padahal jumlah mereka tak sampai sepuluh orang, tapi berani mengancam puluhan polisi secara jumlah lebih ramai dan banyak," ceritanya. 

"Cekcok terjadi, lalu oknum prajurit TNI secara tampilan fisik jauh lebih besar dan berisi ini menantang para polisi berkelahi. Namun mereka semua diam, walaupun sudah berkali-kali polisi-polisi itu ditunjuk-tunjuk dengan tangan kiri," katanya kembali. 

Karena tak ditanggapi, kemudian seorang oknum TNI mengancam akan menghubungi markas dan berjanji akan menghadirkan satu kompi lagi guna mendatangi Jalan Diponegoro. Merasa terancam, Ocu polisi lalu menyerahkan kunci motor kepada pemiliknya dan membiarkan mereka pergi.

"Prajurit TNI itu marah, karena polisi tak bisa menunjukkan surat tugas. Mereka bahkan dengan berani mengancam satu per satu polisi, tapi polisi hanya saling menunduk dan melihat satu sama lain. Sangat langka sekali kejadian seperti tadi itu," katanya sambil tersenyum.

Pedagang tersebut mengatakan, Operasi Razia ini sudah berjalan sejak beberapa hari lalu guna menertibkan kendaraan bermotor kerap tak mentaati aturan dalam berlalu lintas. Dalam satu malam saja, Polantas bisa menjaring hampir 100 unit motor dan mobil yang melanggar aturan.

"Kalau tadi, karena masalah itu mereka cuma bisa melakukan razia kurang dari satu jam saja. Tapi dengan waktu tersebut Polantas bisa menahan dan menilang hampir lima puluhan unit sepeda motor. Jam 21.30 sudah pulang mereka. Padahal biasanya hingga pukul 23.00 baru selesai," jelasnya. 

Pada waktu kejadian, Ocu hanya berjarak kurang dari 10 meter dari lokasi kejadian. Sehingga ia bisa menceritakan secara lengkap apa ia lihat dan dengar selama kejadian berlangsung. Tak hanya itu, aksi ini menjadi tontonan puluhan orang yang melintas di Jalan Diponegoro dan Tugu Perjuangan tersebut.

"Tadi ada korban yang mengambil foto dari dekat, ia dipukul dan ditendang oleh prajurit TNI karena mengambil gambar dan video kejadian tersebut. Mereka tak terima hal itu, orang itu dijambak, dipukul hingga ditendang kakinya. Tapi kalau dari polisinya sendiri tak ada terluka karena polisi tak ada berani bicara apalagi berekspresi. Hanya diam saja waktu korban dipukuli dan ditendang oleh TNI," jelas Ocu.

Dokumentasi diambil korban hingga kini belum diketahui identitasnya tersebut, dihapus. "Pokoknya kita paling kasihan lihat wartawannya itu," tandas Ocu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar